Selasa, 31 Desember 2013

# Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang #

# Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang #

• Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah

• Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaduk

• Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia

• Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia

• Senantiasa didengar doanya

• Ilmu itu senantiasa berada di hatinya

• Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan

• Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian

• Selalu mengharapkan akhirat

• Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian

• Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.

• Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.

• Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka

• Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnhya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada Allah Taala

Adapun ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di dalam diri seseorang:

• Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati

• Tidak menumbuhkan rasa takut pada Allah

• Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya

• Tidak dikabulkan doanya

• Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat Allah murka

• Semakin menjadikannya sombong dan angkuh

• Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya

• Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang bodoh

• Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran

• Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya

• Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu

• Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata

=============
Ustadz Abu Ahmad Said Yai, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar